Kesehatan global kembali dihadapkan pada ancaman serius dari virus Lujo (Lujo Virus – LUJV), yang dikenal memiliki tingkat fatalitas mencapai 80%. Meskipun LUJV belum terdeteksi di Indonesia, potensi penyebarannya melalui mobilitas internasional telah memicu Peringatan Epidemiolog yang mendesak. Virus ini, yang termasuk dalam kelompok Arenavirus, pertama kali diidentifikasi di Afrika bagian selatan dan memiliki reservoir alami pada hewan pengerat. Tingkat kematian yang sangat tinggi menuntut kesiapsiagaan sistem kesehatan Indonesia dalam menghadapi kemungkinan masuknya patogen berbahaya ini di masa mendatang.
Peringatan Epidemiolog ini bukanlah tanpa dasar; sejarah menunjukkan bahwa virus zoonosis memiliki kemampuan untuk melompati batas geografis dengan cepat. Transmisi utama LUJV kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan urin atau feses hewan pengerat yang terinfeksi. Gejala awal infeksi LUJV mirip dengan demam virus lainnya, termasuk demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot, namun dengan cepat berkembang menjadi perdarahan hebat dan kegagalan organ multisistem. Identifikasi cepat di pintu masuk negara menjadi krusial.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah merespons Peringatan Epidemiolog ini dengan menguatkan pengawasan di bandara dan pelabuhan internasional, khususnya yang memiliki konektivitas penerbangan dengan wilayah endemis. Petugas Karantina Kesehatan Bandara Internasional fiktif “Soekarno-Hatta II,” Bapak Dr. Gede Dharmawan, S.Ked., pada tanggal 3 November 2025, mengumumkan peningkatan prosedur skrining. Prosedur tersebut mencakup pengecekan suhu ketat dan riwayat perjalanan penumpang dari zona risiko. Langkah surveillance aktif ini bertujuan mendeteksi kasus impor sedini mungkin sebelum virus sempat menyebar.
Menurut laporan dari Pusat Studi Kesehatan Masyarakat fiktif “Universitas Pangan Sehat” pada 15 Oktober 2025, tingkat fatalitas 80% menjadikan LUJV salah satu virus paling mematikan. Oleh karena itu, langkah-langkah mitigasi dan persiapan fasilitas isolasi bertekanan negatif di rumah sakit rujukan harus segera disiapkan. Ini adalah Peringatan Epidemiolog yang harus ditanggapi dengan serius oleh seluruh jajaran kesehatan, dari tingkat fasilitas kesehatan primer hingga rumah sakit tersier.
Kesiapsiagaan masyarakat juga menjadi kunci pertahanan pertama. Edukasi mengenai bahaya kontak dengan hewan pengerat liar, menjaga kebersihan lingkungan, dan segera melapor ke petugas kesehatan jika mengalami gejala demam tinggi setelah bepergian dari luar negeri adalah langkah wajib. Dengan kerja sama yang kuat antara aparat kesehatan dan kesadaran publik, potensi ancaman virus Lujo dapat dimitigasi. Indonesia harus belajar dari pandemi sebelumnya dan tidak boleh lengah.