Hepatitis E: Virus Tak Terduga dari Daging Babi yang Kurang Matang

Hepatitis E sering dianggap sebagai penyakit yang ditularkan melalui air yang terkontaminasi. Namun, penelitian modern telah mengungkap bahwa Hepatitis E juga merupakan zoonosis, penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Ancaman tak terduga ini terutama berasal dari konsumsi daging babi atau produk babi hutan yang dimasak kurang matang. Pemahaman terhadap jalur penularan ini sangat krusial bagi keamanan pangan global.

Virus Hepatitis E (HEV) memiliki genotipe yang berbeda. Genotipe 3 dan 4 adalah yang paling sering dikaitkan dengan penularan melalui hewan di negara-negara maju, khususnya babi domestik. Babi bertindak sebagai reservoir alami virus tanpa menunjukkan gejala sakit yang jelas. Virus dapat bertahan hidup dalam jaringan otot babi, dan jika daging tidak dipanaskan pada suhu yang cukup, virus dapat masuk ke tubuh manusia.

Risiko penularan Hepatitis E meningkat di tempat di mana praktik pengolahan makanan belum optimal, terutama dalam persiapan sosis atau produk daging babi yang diasinkan dan tidak dimasak. Konsumen yang gemar mengonsumsi daging babi setengah matang atau mentah, seperti sosis babi mentah, memiliki risiko tertinggi terinfeksi. Kewaspadaan harus ditingkatkan terhadap semua produk babi yang tidak diproses dengan panas tinggi.

Gejala Hepatitis E umumnya ringan dan seringkali sembuh sendiri dalam beberapa minggu, menyerupai flu biasa atau hepatitis ringan. Namun, pada kelompok tertentu, seperti individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah (immunocompromised) atau penerima transplantasi organ, infeksi dapat berkembang menjadi hepatitis kronis. Pada kasus ini, virus dapat menyebabkan kerusakan hati yang progresif dan serius.

Untuk mencegah penularan Hepatitis E melalui makanan, memasak adalah garis pertahanan pertama dan terbaik. Daging babi harus dimasak hingga suhu internal mencapai minimal 71°C (160°F). Suhu ini efektif membunuh virus dan patogen lain yang mungkin ada. Kepatuhan terhadap standar keamanan pangan ini menjadi tanggung jawab semua pihak, mulai dari peternak hingga konsumen akhir.

Pentingnya menjaga kebersihan silang (cross-contamination) di dapur juga tidak boleh diabaikan. Alat-alat yang digunakan untuk memotong daging babi mentah harus segera dicuci bersih sebelum digunakan untuk makanan lain. Langkah higienis sederhana ini memutus rantai penularan dan mengurangi risiko virus Hepatitis E menyebar ke makanan yang sudah matang.

Meskipun Hepatitis E jarang menjadi trending topic seperti hepatitis B atau C, risiko infeksi melalui rantai makanan menjadikannya isu kesehatan masyarakat yang penting. Diperlukan edukasi yang berkelanjutan tentang zoonosis dan pentingnya konsumsi daging babi yang dimasak sempurna. Informasi ini membantu masyarakat membuat pilihan makanan yang aman.

Kesimpulannya, penularan Hepatitis E dari daging babi yang kurang matang adalah ancaman kesehatan nyata yang memerlukan perhatian serius. Kesadaran akan risiko dan kepatuhan pada aturan memasak yang benar adalah kunci untuk melindungi diri dari virus tak terduga ini dan memastikan keamanan pangan di tingkat rumah tangga.