Ketika penyakit autoimun seperti Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) mencapai tahap yang sangat parah atau menyebabkan kerusakan organ secara cepat, intervensi medis yang lebih agresif seringkali dibutuhkan. Salah satu prosedur vital yang dapat digunakan dalam situasi kritis ini adalah Terapi Plasmapheresis. Prosedur ini secara khusus dirancang untuk membuang antibodi berbahaya dari darah, yang merupakan pemicu utama kerusakan jaringan pada pasien Lupus.
Lupus adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Pada kasus yang parah, terutama ketika organ vital seperti ginjal, otak, paru-paru, atau jantung mulai diserang dengan cepat, jumlah antibodi autoimun (antibodi yang menyerang tubuh sendiri) dalam darah bisa sangat tinggi dan merusak. Di sinilah Terapi Plasmapheresis berperan sebagai upaya penyelamat.
Mekanisme kerja Plasmapheresis mirip dengan dialisis ginjal. Pasien akan dihubungkan ke sebuah mesin melalui jalur intravena (biasanya di lengan). Darah pasien akan diambil dari tubuh, kemudian masuk ke dalam mesin. Di dalam mesin, darah akan dipisahkan menjadi dua komponen utama: sel darah (sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit) dan plasma darah. Plasma adalah bagian cair dari darah yang mengandung antibodi, protein, garam, dan nutrisi lainnya.
Pada pasien Lupus dengan aktivitas penyakit tinggi, plasma inilah yang sarat dengan antibodi autoimun berbahaya. Setelah plasma dipisahkan, plasma yang mengandung antibodi “jahat” tersebut akan dibuang. Kemudian, sel darah pasien akan dikembalikan ke tubuh bersama dengan cairan pengganti plasma yang sehat, seperti albumin atau plasma donor. Dengan cara ini, konsentrasi antibodi autoimun dalam darah pasien dapat diturunkan secara drastis, sehingga mengurangi serangan terhadap organ.
Terapi Plasmapheresis sering digunakan pada kasus Lupus yang sangat parah atau yang menyebabkan kerusakan organ cepat, seperti Lupus nefritis (radang ginjal akibat Lupus) yang berat, sindrom Guillain-Barré terkait Lupus, atau kondisi neurologis serius lainnya. Prosedur ini umumnya dilakukan dalam serangkaian sesi, tergantung pada kondisi dan respons pasien. Meskipun efektif, Plasmapheresis adalah prosedur invasif dan memiliki potensi risiko seperti infeksi.