Dalam pembahasan kesehatan dan diet, fokus seringkali tertuju pada makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) serta hitungan kalori. Namun, untuk menjaga fungsi tubuh tetap optimal, terutama sistem kekebalan, perhatian kita harus beralih pada Peran Mikronutrien vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil tetapi memiliki dampak besar. Mikronutrien bertindak sebagai kofaktor penting dalam hampir semua proses biologis, termasuk produksi sel imun dan regulasi respons peradangan. Memahami Peran Mikronutrien ini adalah kunci untuk membangun imunitas tubuh yang tangguh, jauh melebihi sekadar memenuhi kebutuhan energi harian.
Tiga pahlawan utama mikronutrien dalam sistem kekebalan adalah Vitamin D, Vitamin C, dan Zinc. Vitamin D, yang dikenal sebagai “vitamin sinar matahari,” tidak hanya penting untuk kesehatan tulang, tetapi juga bertindak sebagai modulator kuat pada sel T dan sel B, yang merupakan garda terdepan pertahanan tubuh. Kekurangan Vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi pernapasan. Menurut studi yang diterbitkan oleh Jurnal Gizi dan Kesehatan Masyarakat pada 15 Mei 2024, subjek dengan kadar Vitamin D di bawah 20 ng/mL memiliki risiko terkena flu 40% lebih tinggi dibandingkan mereka dengan kadar optimal.
Selanjutnya, Vitamin C dan Zinc memainkan Peran Mikronutrien esensial sebagai antioksidan dan kofaktor enzim. Vitamin C melindungi sel-sel imun dari kerusakan akibat radikal bebas yang dihasilkan selama respons peradangan, sekaligus meningkatkan produksi kolagen yang mendukung integritas kulit dan membran mukosa (garis pertahanan pertama tubuh). Sementara itu, Zinc sangat vital untuk perkembangan dan fungsi sel-sel imun. Bahkan, defisiensi Zinc ringan pun dapat menyebabkan penurunan dramatis dalam fungsi sel T dan sel Natural Killer (NK). Badan Kesehatan dan Gizi Nasional merekomendasikan asupan harian Zinc untuk pria dewasa sekitar 11 mg dan wanita dewasa 8 mg.
Untuk memastikan bahwa kita mendapatkan Peran Mikronutrien yang cukup, fokus harus diberikan pada keragaman pangan, bukan hanya suplemen. Suplemen hanya boleh digunakan jika memang terbukti ada defisiensi, dan penggunaannya harus berdasarkan konsultasi dokter atau ahli gizi. Misalnya, Petugas Klinik Gizi Komunitas pada hari Kamis, 21 November 2024, secara rutin menyarankan kliennya untuk meningkatkan konsumsi sumber alami—seperti mengonsumsi makanan laut (kaya Zinc), buah sitrus (kaya Vitamin C), dan paparan sinar matahari pagi (untuk Vitamin D)—sebagai upaya preventif. Dengan mengutamakan asupan mikronutrien yang seimbang, kita secara efektif memperkuat sistem imun dari dalam.